Keterangan Gambar : Penutupan Progam Pembaca Baru Alkitab Distrik Kombay dan Menggelum Kabupaten Boven Digoel
PBA : Pembaca Baru Alkitab, salah satu program kerjasama LAI dengan gereja (baca: GPIPapua).Program ini berangkat dari keprihatinan atas banyaknya masyarakat yang belum mengenal aksara, belum bisa membaca dan menulis. Sekilas program ini memiliki kemiripan dengan proyek "Pemberantasan Buta Aksara" milik pemerintah dan sejumlah besar Lembaga-lembaga swadaya. Namun ternyata program ini memiliki perbedaan secara substansial.
Program PBA mengarah pada pemberantasan buta aksara juga tetapi semua aktivitas belajar menggunakan Alkitab. Yakni menggunakan Alkitab untuk mengenal huruf, menggunakan Alkitab untuk belajar membaca, dan menggunakan Alkitab untuk belajar menulis.Program ini sekaligus memperkenalkan sekolah minggu gereja untuk orangtua dan anak-anak di lokasi PBA.
Program PBA di Boven Digoel mulai dipersiapkan sejak tahun 2017 silam oleh Pdt. W. F. Raprap, Pdt. R. A. Saimima (perwakilan GPI Papua), Pdt. N. D. Iha (perwakilan GKI Papua). Pdt. N. D. Iha, menjabat sebagai ketua Majelis Jemaat Kategorial GKI Sion sekaligus ketua Persekutuan Oikoumene Boven Digoel. Pdt. W. F. Raprap, menjabat sebagai Sekretaris Klasis GPI Papua Boven Digoel sekaligus Sekretaris Persekutuan Oikoumene Boven Digoel. Pdt. R. A. Saimima menjabat sebagai Ketua Majelis Jemaat GPI Papua Imanuel KM 3 Tanah Merah yang pada saat itu lebih banyak melakukan pelayanan kasih ke wilayah-wilayah pedalaman Boven Digoel (Program Jangka Panjang Jemaat).
Dalam perkembangannya kemudian, program pelayanan kasih ke wilayah pedalaman Boven Digoel oleh Jemaat Imanuel KM 3 ternyata menemukan sejumlah besar fakta bahwa : Banyak kampung yang penduduknya masih buta huruf, banyak gereja di kampung yang umatNya belum memiliki Alkitab. Kemudian hasil analisa sosial lapangan menunjukkan, salah satu kegagalan pendidikan untuk orang asli Papua di Boven Digoel adalah tidak ada perhatian serius dari pemerintah bersama gereja-gereja lokal untuk menangani fenomena buta huruf massive di sini.
Bermodalkan niat dan nekat, rencana disusun kerjasama dirajut. Surat kami layangkan ke LEMBAGA ALKITAB INDONESIA (LAI) Pusat Jakarta dan Perwakilan LAI Papua di Jayapura. Gayung bersambut dan survey-pun dilakukan LAI di Boven Digoel. Tanggal 06 Februari 2018, program Pembaca Baru Alkitab (PBA) resmi dibuka di Distrik Manggelum dan Kombay. Jarak dan waktu tempuh perjalanan menuju distrik Manggelum dan distrik Kombay adalah 6-8 jam perjalanan menggunakan Longboat.Jika air sungai surut, maka perjalanan harus ditempuh lewat darat, memakan waktu sekitar sehari penuh perjalanan (langkah orang-orang kampung).
Koodinator wilayah dan para tutor ditunjuk untuk program PBA Distrik Manggelum dan Distrik Kombay, semuanya diambil dari masyarakat lokal. Para pendamping dikerahkan dari Palu, Jakarta, Medan dan Jayapura untuk mendampingi warga belajar di sana. Koordinator wilayah dan tutor berjumlah 19 orang, tersebar di 2 distrik, 9 kampung dengan total warga belajar mencapai 617 orang dewasa dan anak-anak.Selama 1 tahun 9 bulan program PBA dilaksanakan, tingkat pencapaiannya belum memenuhi kuota ideal jumlah PBA (minimal ¾ dari jumlah warga belajar).
Pada tanggal 05 November 2019, Program PBA distrik Manggelum dan distrik Kombay resmi ditutup oleh pemerintah daerah Boven Digoel dan Persekutuan Oikoumene Kabupaten Boven Digoel. Namun ini langkah awal kami untuk memberantas buta aksara, dan menerangi banyak jiwa di tanah Boven Digoel. Setidaknya, kami masih punya harapan seiiring bertambahnya jumlah warga baca-tulis di sini. Jumlah warga belajar yang tidak mencapai kuota ¾ warga baca-tulis menjadi tanda bagi kami, perjuangan kami belum selesai bahkan belum cukup sampai di sini.
Akhir catatan kami, mari Belajar dari Kisah Elisa Menolong Janda Sunem (II Raja-raja 4:1-7) : "2 Raja-raja 4:1-2 (TB) Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." Elisa adalah representasi dari Gereja. Perempuan janda Sunem adalah orang-orang termarginalisasi di sekitar kita, mereka akan tetap ada dan hidup. Sepanjang hari kita berjumpa dengan mereka, namun mungkin mereka minder menyampaikan keadaan mereka. Bahkan jika saatnya mereka menyampaikan keluh kesah mereka, jangan menutup telinga terhadap mereka.
Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak." Elisa menolong perempuan janda sunem beserta seisi rumahnya dengan menggunakan potensi mereka sendiri. Sampai akhirnya : 2 Raja-raja 4:3 (TB) Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit.
Elisa menyuruh perempuan itu meminta bantuan dari tetangga yang bejananya tidak terpakai dan kemudian menyuruh menuangkan minyak ke dalam semua bejana yang masih kosong. Apa yang terjadi selanjutnya? Perempuan janda Sunem itu melakukan sesuai yang diperintahkan Elisa.
2 Raja-raja 4:5-6 (TB) Pergilah perempuan itu dari padanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia terus menuang. Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir. Masih banyak Bejana Kosong Yang Belum terisi, dekatkanlah dirimu kepada bejana-bejana itu, isilah bejana-bejana itu sampai semuanya terisi, meski kadang proses mengisi bejana-bejana itu membutuhkan kerja keras dan pengorbanan lebih.
Namun satu hal yang pasti, kami di Boven Digoel sudah membuktikan bahwa dalam keadaan terbatasnya kami, Tuhan yang kami percaya JAUH LEBIH KAYA dari segalanya. Kekurangan kami ditambahkan, kelebihan kami dicukupkan.
Teruslah mengisi dan menuang, bejana-bejana kosong terus menanti. Jika kami masih terus kuat sampai saat ini, semuanya bukan karena Tuhan mengasihi kami, melainkan karena Tuhan mengasihi mereka. Salam satu kasih dari Boven Digoel. "KAMI MEMBERITAKAN KRISTUS YANG TERSALIB"
Penulis : Pdt. Romano A. Saimima
Editor : Media Center GPI Papua